Lantai yang kotor karena tilas alas kaki di musim hujan apakah harus segera dibersihkan?

lantai

Hari-hari yang sudah mulai basah di Jakarta membuatku untuk sesegera mungkin melongok ke arah luar jendela untuk melihat cuaca di luar sesaat aku bangun pagi. Tak seperti biasanya dimana aku langsung menyambar gelas, menuang kopi dan krimer lalu menyeduhnya baru membuka jendela serta pintu balkon apartemen dan menikmati kopiku sambil masih terkantuk-kantuk.

Mendapati rintik gerimis dan aspal yang sudah basah sampai tergenang, aku memutuskan untuk langsung mandi. Pikirku, setelah mandi, aku langsung bergegas ke luar daripada kalau nanti-nanti malah hujannya makin deras. Bagaimana dengan nasib kopi? Kubiarkan cangkirku tetap kering pagi itu. “Nanti ngopi di kantor saja!”

Selesai bersepatu aku lalu mematikan semua lampu yang masih menyala, menutup dan mengunci pintu unitku lalu bergegas menghampiri lift. Sampai di lobby, hujan yang walaupun gerimis namun jika kulalui sambil berjalan kaki ke jalan raya tidak mampu membuatku basah kuyup, akupun dengan langkah kaki yang lebih cepat dari hari biasanya menuju ke arah luar.

Belum sampai 30 langkah, aku harus berteduh karena tiba-tiba hujan yang mengucur dari langit berubah menjadi cukup deras. Aku berlindung di pintu masuk mall bagian belakang yang ada dalam kompleks apartemenku. Aha! Ada tempat sampah yang di atasnya ada tempat untuk mematikan rokok. Kusulut rokokku sambil menanti gerimis reda.

Aku lalu melihat petugas cleaning service yang sudah mengepel lantai pintu masuk dimana aku berdiri. Kulihat pula lantainya sudah dalam keadaaan bersih. Aku lalu mengangkat kaki satu per satu untuk memastikan 2 buah ubin kotak yang kuinjak tidak terlalu kotor. Aku tak enak jika mengotorinya sedangkan baru saja oleh petugas cleaning service sudah dibersihkan. Ahh, untung saja, sesuai kebiasaan, aku selalu menggesek-gesekan sepatu atau sandalku kalau ada keset. Tak peduli keset itu dari serabut kayu, plastik sintetis atau terbuat dari kawat. Pokoknya keset! Bahkan jika keset itu tidak bertuliskan “WELCOME” akupun akan tetap keset!

Dalam lamunanku, aku berpikir, apa iya petugas cleaning service itu akan di berdiri pintu masuk sepanjang hari masih hujan? Karena pasti tempat itu akan selalu ada orang yang keluar masuk. Dari luar tentunya dengan keadaan alas kaki yang membawa kotoran dari jalan yang basah dan tergenang tipis oleh air. Kenapa tidak menunggu saja sampai hujan reda, jalanan kering, baru dipel!? Meskipun dipel sekarang ketika ada seorang yang masuk maka lantai itu akan tampak kotor lagi.

Atau mungkin, bisakah si cleaning service itu akan menegur satu per satu pengunjung untuk tak lupa keset dulu sebelum melenggang masuk.

Nampaknya si cleaning service itu tak mungkin menegur orang yang keluar masuk dan menyuruhnya untuk keset. Apa kuasanya? Dia mungkin hanya akan terus menggosok-gosokan kain pel ke lantai yang kotor dengan hati yang dongkol atau malah senang hati dan ikhlas karena dia bisa membersihkannya dengan tempo sekejap. Hati orang siapa yang tahu?

Tidak semua orang sama denganku. Aku mungkin memiliki perasaan bersalah jika aku dengan tanpa atau sengaja mengotori lantai yang sudah di pel dimana ada cleaning service di depan langkahku sedang sibuk memaju-mundurkan tongkat pelnya. Kalaupun terlanjur, aku tak akan malu untuk meminta maaf. Kalaupun sudah membersihkan alas kakiku di atas keset, aku akan permisi ketika lewat di hadapan cleaning service itu atau melipir mencari daerah yang sudah kering dari sapuan serta jangkauan kain pelnya.

Orang lain? Apakah dia merasa biasa saja? Apakah dia menganggap, “itu kan memang sudah pekerjaan cleaning service, kenapa guweh yang musti repot!?” Atau … ? “Guweh buru-buru, neeh! Persetan itu si cleaning service mau ngomong apa!?” Atau ???? Masih banyak perasaan lainnya! Hati orang siapa yang tahu?

Lamunanku terkantuk oleh mas cleaning service yang menyapaku dengan selamat pagi lalu meminjam korek apiku untuk menyulut rokoknya. Tak lama setelah itu, gerimis mereda. Segera kuderapkan lagi langkah kakiku menuju ke pinggir jalan raya untuk mengahampiri temanku yang sudah menunggu di atas motornya untuk bergegas ke kantor.

 

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *