Alasan kenapa aku sering memperbaharui tulisan yang kupublikasikan di sini sebenarnya adalah wujud permenunganku akhir tahun kemarin. Aku mengudar rasa dengan diriku sendiri, dimana aku bisa berada sampai di titik ini.
Satu daripada banyak permenunganku adalah soal pekerjaan. Apa pekerjaanku sekarang dan bagaimana aku bisa mendapatkan pekerjaan ini? Tak mungkin, kan, kalau aku menjelaskannya dengan berkata, “Ahh… aku juga tidak tau kenapa aku bisa bekerja di bidang ini. Tiba-tiba ada perusahaan yang mau memperkerjakan dan menggajiku!”
2008
Di sini aku belum bekerja. Aku masih terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Sistem Informasi. Mengenal lebih dekat bagaimana manusia mengolah berbagai macam informasi dalam bentuk digital. Aku tergolong mahasiswa yang pandai dalam semester-semester awal yang terlihat dari indeks angka di transkrip semesteran kudapat dari Ujian Akhir Semester yang mewajibkanku mengenakan jas almamater saat mengerjakannya!
Keren! Ya, aku cukup terpana kagum dengan bisa mengatasi berbagai macam soal atau praktek yang diberikan dosen. Mulai Pascal, Delphi, Visual Basic dan Visual Basic .NET kupahami dengan mudah.
Setelah bermain Friendster, ketakjubanku bertambah lagi! Aku bisa sesuka hati memberikan ornamen “alay” di halaman profilku. Ganti latar belakang dengan foto yang terpampang mukaku, memberikan text yang bisa berjalan sendiri, mengganti kursor dan masih banyak macamnya!
Satu lagi. Aku berhasil mendapat list email dan password akun FS teman-temanku! Beberapa dari kalian juga pasti caranya. Mudah! haha.
2009
Semakin intens dalam penggunaan internet menjadi keuntungan buatku. Referensi atau bahan kuliah kudapat dari berbagai website yang di tahun-tahun ini marak dengan posting tutorial. Gratis! Bahkan ‘source code’ untuk membuat program penghitungan yang dipakai untuk komputer kasirpun ada sedia di sana dan dapat diunduh secara percuma! Hidup ini indah!
Aku lalu mencoba nge-blog. Aku membuka akun Blogspot dan mendaftarkan dengan mengasosiasikan akun Gmail yang sudah kupunya sebelumnya. Lalu dengan apa aku mengisinya? Aku mengisinya dengan tutorial-tutorial pemrograman yang tentu saja ku copy-paste dari blog lain yang sudah kupelajari sebelumnya!
Mulai sangat giat berselancar lalu aku menemukan web/blog yang desainnya sangat keren ‘pada jamannya’. Aku mau tampilan blog-ku kurang lebih sama dengan apa yang kulihat dari punya orang lain itu. Caraku adalah mencari link yang ada di paling bawah bagian web/blog tersebut, kali saja menemukan sumber kode dari tampilan yang bisa kuunduh! Beberapa kali cara ini mujarab. Namun di lain waktu, aku tak menemukan link dimana ‘template’ blog itu bisa aku unduh dan pasang dengan mudahnya. Padahal aku sudah sangat cinta mati dengan tampilannya!
Kegiatan copy-paste tulisanpun berhenti seketika. Aku lebih asyik untuk mendownload template blog dan mengedit seperlunya, juga dengan ilmu yang seadanya. Ini asyik!
2010 – 2012
Semakin dalam dan dalam! Aku bahkan tidak seantusias waktu pertama kali berkenalan dan mempelajari pemrograman desktop. Aku tidak penasaran lagi dengan tips dan trik Visual Basic / .Net!
Sistem operasi komputerku bahkan ku- dual boot dengan Ubuntu yang sebelumnya terpasang sistem operasi Windows XP. Ubuntu Jaunty Jackalope adalah versi Ubuntu pertamaku dan mengawali perkenalanku dengan ‘environment’ Linux/Unix yang membawa faedah juga manfaat untuk tahun-tahun kedepan yang saat itu belum kuketahui. Bahwa dunia web development untuk urusan server sangat berkaitan dengan: sudo su!
Penasaranku terhadap web development menuju ke arah yang lebih jelas setelah kuputuskan untuk membeli domain dan hosting! Ya, berbekal buku yang kubeli di Gramedia. Buku apa itu? Buku panduan untuk melakukan instalasi dan cara mengoperasikan Joomla! Aku tahu, mungkin seangkatanku juga berangkat dari Joomla juga.
Kulakukan dengan seksama mengikuti apa yang dituliskan di buku itu. Mulai dari mengerjakannya di komputerku sendiri memakai XAMPP sebagai local web servernya lalu mengunggahnya ke hosting.
Proses ‘set-up’ mudah! Mungkin karena baru pertama kali aku mengenal hosting, maka tenagaku yang diberi obat kuat dari rasa penasaran yang begitu kuat membuatku bisa mempelajari banyak hal dalam waktu yang singkat!
Untuk menambahkan konten yang ada di blogku yang sudah kupamerkan pada teman-teman kampusku itu ternyata tidak nyaman! Bertele-tele dan otakku merasa asing untuk sekedar memahami alurnya. Baru kuketahui di kemudian hari bahwa Joomla itu memang payah! :))
Bengawan
Blog yang sudah terpasang Joomla sedianya kuganti mesinnya dengan WordPress. Sebelumnya aku sudah mengobok-obok dari blogku di WordPress.Com. Cari tahu sana sini dan Googling dengan keyword perbedaan WordPress.Com vs. WordPress.Org adalah cara yang kutempuh sebelum aku memasang WordPress ‘Self Hosted’ di hosting yang sudah kukosongkan isinya.
Ternyata benar, WordPress lebih user friendly! Lalu aku mulai serius dalam mempublikasikan hasil tulisanku. Postingannku kali ini bukan lagi hasil salinan. Aku masih membahas yang berbau-bau dengan IT namun tidak terlalu teknis.
Komentarku mulai muncul di blog-blog tetangga. Blogwalking! Award-award-an yang marak kala itu juga kuterima serta kutulis pula postingan berantai dimana namaku di tulis untuk mengerjakan cerita selanjutnya lalu memilih blogger lainnya untuk meneruskannya. Ini konsep keren! Tapi sayang sekarang sudah tidak musim lagi.
Lalu aku menemukan komunitas blogger yang ada di kotaku. Komunitas Blogger Bengawannamanya! Kuberanikan diri untuk mendaftar karena aku penasaran dengan event yang akan mereka adakan. Dengan tidak ada orang yang kukenal di dalamnya aku menuju ke Taman Sriwedari untuk bertatap muka pertama kalinya ketika mereka sedang rapat untuk sebuah event yang banyak mendatangkan blogger dari luar Solo. Nama event itu adalah SOLO (Sharing Online lan Offline). Rasa malu-malu sirna karena mereka, para blogger Bengawan sangat ramah dan bersahaja. Terlebih, 2 minggu setelah pertama kalinya aku kopdar, event SOLO yang sudah direncanakan matang-matang itu akhirnya dihelat. Praktis, selama 3 hari penuh aku meleburkan diri dengan para anggota dan blogger-blogger lainnya.
Aku mulai aktif di komunitas ini. Tentu saja karena aku merasa nyaman. Aku mendapatkan banyak hal baru, orang-orang baru, pengalaman baru dan masih banyak hal-hal yang mengejutkan yang terjadi di dalamnya.
Tersebutlah nama Blontank Poer, Mursid dan Hasssan. Tiga nama yang tak pernah kulupakan jika ditanyakan kepada siapa yang membuatmu akhirnya web developer, siapa yang mengajarimu atau yang lebih ekstrim, “siapa yang paling berpengaruh dalam kehidupanmu?!”. Selain universitas kehidupan di jalan Apel no. 27 Jajar, Solo, kawan-kawanku inilah yang sudi membagikan kemampuan dan pengetahuan mereka kepadaku yang sampai saat ini kuakui aku belum ada apa-apanya daripada mereka. Untuk itu, lewat postingan dan permenunganku kali ini kuucapkan terima kasih untuk kalian bertiga. Maturnuwun!
Cara berkomunikasi yang ‘berkelas’ diajarkan oleh pakdhe Blontank. Aku banyak dipertemukan oleh jagoan-jagoan yang dari mendengar namanya saja aku sudah ciut untuk sekedar menanyakannya sesuatu. Maka dari itu pakdhe tidak pernah memberi tahu siapa yang akan kutemui agar aku juga tak bersiap-siap untuk segala ketakutanku memandang nama. Dia berpesan, “Jangan punya pretensi terhadap orang!”. Kalau orang Jakarta yang keminggris akan ngomong Noted, pakdhe!
Untuk masalah desain. Idealisme mas Mursid dengan tangan dinginnya selalu menjadi inspirasiku. Lewat tangan dinginnya, dia menorehkan berbagai karya grafis yang membuatku berkata, “Apik tenan, Sid!”. Hasil tangannya tidak pasaran dan benar-benar dia dapatkan dari wangsit yang dia temukan juga secara misterius! 😀
Mas Hasssan … Kemampuan logisnya sejajar dengan kadar sarkasme yang muncul dari mulutnya! Mungkin yang belum mengenalnya, kata-kata yang meluncur darinya meskipun tak sering namun bisa memerahkan kuping. Namun kelugasan dan keteguhan prinsipnya yang logis itu yang pantas kujadikan suri tauladan! Orang teknikal yang paling dicari untuk semua event dan website Bengawan adalah dia. Tak banyak cakap tapi urusan beres. Taktis! Dingin sedingin jumlah ‘es’ yang tersemat dalam namanya!
Beliau bertiga adalah orang yang keras kepala. Bertambah jadi empat jika aku dimasukkan! haha. Ya! Mereka mempunyai prinsip hidup dan pantang menjadi penjilat yang tentunya tak punya prinsip dan hanya berorientasi pada “Asal Bapak Senang!”
Aku merasa beruntung dan bersyukur kepada sang Esa karena diberikan kesempatan untuk berkawan dan berguru dari pakdhe Blontank, mas Mursid dan mas Hasssan.
2013 – sekarang
Yup, aku berpisah dari Solo secara jarak dengan mereka karena aku memilih untuk bekerja di Jakarta. Namun sejatinya aku tak pernah putus komunikasi. Hidup masih memberikan kesempatan untuk bertemu di wedangan dengan mereka bertiga.
Bekal dari mereka kujadikan makanan untuk menghidupi hidup yang keras di sini. Teh ‘nasgitel’yang biasa kami tandaskan di Solo tidak bisa didapat dengan mudah di sini. Kesahajaan adalah barang purbakala di lingkungan kerjaku yang pertama. Tapi aku tak pernah kuatir, aku bisa tetap berkomunikasi dengan siapa saja, meludahi dengan perkataan yang tajam untuk orang yang berani macam-macam denganku, berpikir dan menjelaskan dengan logis dan berusaha untuk menyuguhkan desain yang tidak asal-asalan.
Hidup berjalan maju. Lalu aku memperdalam “kanuragan” web development-ku dengan mengikuti trend yang semakin hari semakin cepat untuk dikejar. Setelah Textpattern aku mulai ngeblog dengan Octopress. Mesin website static yang membuatku terbiasa menggunakan git. Rasa penasaranku tentang hal yang baru kugunakan sebagai media belajar.
Sekarang, karena sudah terbiasa otodidak dalam mempelajari apapun, aku menggunakan Jekyll sebagai mesin blog ini. Banyak hal baru yang kutemui dan dari sini, terlalu teknis jika kusampaikan di sini. Pokoke, njlimet sithik neng penak, lah… :p
So, aku berangkat dari blog hingga aku masih bisa mengetik tulisan ini. Pekerjaanku juga masih berhubungan dengan ini. Maka tak ada salahnya aku masih menghasilkan sampah yang dianalogikan si KRMT kumisan itu 😀 Selagi sampah-sampah itu masih kubuang pada tempatnya maka sebenarnya itu tak jadi soal. Sekali lagi, buanglah sampah pada tempatnya biar tidak jadi tukang tipu!
Pada akhirnya, aku sangat menghargai proses. Proses alamiah yang dasarnya dipantik oleh keinginanku sendiri. Karena dengan tidak ada iming-iming yang kadang malah semu itu, aku, pada suatu titik, dipertemukan dengan satu rasa yang tak terbeli harganya: rasa syukur!
Pingback: Sesulit apa mendapat pekerjaan di Jakarta? • andreanisme.CO