Father’s Day: “Ndre, aku kangen …”

Father’s Day: “Ndre, aku kangen …”

Jika ayah ibu kalian masih ada sampai sekarang atau kalian dewasa dengan rumah tangga ayah ibu kalian ayem tentrem, sehat sentosa dan berbahagia, bersyukurlah!

Kalau tidak? Tetaplah panjatkan syukurmu! Jangan pernah sesekali menyalahkan keadaan rumah tangga orang tuamu. Menurutku, banyak sekali pengecut-pengecut baru yang hadir di dunia ini setelah mereka mengenal istilah, “aku dari keluarga broken home”. Seakan-akan dengan kalimat itu, mereka, sekali lagi para pengecut-pengecut itu, berlindung untuk menghalalkan berbagai macam cara untuk merusak dirinya sendiri.

Lalu, bagaimana denganku?

Aku tidak pernah menganggap diriku adalah produk dari keluarga yang gagal. Memang, aku tumbuh tanpa peran ayah. Namun kasih sayang yang kuterima dari mama malah luar biasa besarnya.

Sampai saat inipun, aku tak pernah menjadi laki-laki yang lemah. Aku menikmati masa kecilku dengan bermain layaknya anak laki-laki yang sering diajak bermain oleh ayahnya. Waktu remaja aku cukup berprestasi di bidang musik yang oleh karenanya biaya Sekolah Menengah Pertama-ku ditanggung dengan beasiswa prestasi. Kukuasai alat musik itu dari ayah? Tidak! Aku belajar secara otodidak. Lalu setelahnya, akupun terus bertambah kuat dan makin tangguh ditengah ranjau-ranjau hidup yang terhampar di tiap jengkal langkah kakiku. (kalian bisa simak tulisanku tentang fase hidupku di tulisan seri: Manusia: lahir, sekolah, bekerja lalu mati)

Aku tak pernah gentar dalam duel-duelku jika berkelahi dengan temanku. Temanku bisa mengandalkan ayahnya. Aku? Tak ada satupun orang di rumah yang tahu bahwa aku tengah baku pukul di luar rumah.

Aku tergolong anak nakal di masanya? Harus kuakui, iya! Aku ingin mengetahui banyak hal di luar rumah. Mungkin bila ayahku ada, aku akan tahu dari dia. Masalahnya, di sini aku harus mengetahui semuanya sendiri. Bahwa minuman keras itu rasanya tidak enak, bahwa pusingnya mabuk itu bisa menghilangkan nyawa, bahwa bau ganja itu gurih tapi bisa membuat masa depanku suram, bahwa sebenarnya main kartu menangnya sekali dan kalahnya bisa berkali-kali (yang ini sepertinya aku sering mujur :p ), bahwa sebenarnya mengikuti balapan liar itu adalah perbuatan yang sangat bodoh dan masih banyak bahwa sebenarnya lainnya.

Ketika istilah “broken home” sedang hype. Pernah beberapa kali aku ditanya, “Ndre, kamu dari keluarga broken ya?” Selalu kujawab dengan lantang: Tidak! Atau, “Papa kamu dimana?” Kujawab dengan lantang juga, “Saya hidup dengan mama.”

Memangnya, ketika kalian ditinggal ayahmu, kalian akan jadi tak berdaya? Apa alasan yang bisa kalian sampaikan padaku ketika kutanya kenapa kalian harus merusak hidup kalian sendiri hanya karena orang tua kalian sudah tak utuh lagi? Dapat kupastikan, jawaban kalian akan muter-muter tak karuan! haha

Aku dan kamu serta kalian, tak pernah bisa memilih dari sperma laki-laki mana aku dan kalian akan berbuah. Pun, aku kamu dan kalian juga tak pernah bisa memilih rahim dari wanita mana tempatmu bertumbuh sebelum nyeprot di dunia ini.

Satu hal, aku menancapkan dalam-dalam salah satu falsafah Jawa dalam hidupku, “Mikul Dhuwur Mendhem Jero”bahwa aku harus menjaga nama baik keluargaku, orang tuaku, dengan sikapku. Aku tak pernah berpikir untuk membuatnya malah hancur dan mereka menanggung malu karena ulahku.

Akhirnya aku bersyukur dengan keteguhan hatiku dengan mengatakan “tidak” jika pertanyaan broken home dilontarkan. Akhirnya aku bersyukur bahwa aku memilih untuk tetap berprestasi dan berani melihat dunia. Akhirnya aku bersyukur tak punya dendam dengan ayahku meskipun pertemuan kami bisa dihitung dengan jari.

Akhirnya aku bersyukur, pagi tadi ketika papaku kutelpon dia menyampaikan bahwa keadaannya baik-baik saja. Sehat! Air mataku jatuh, bibirku bergetar dan kaku tak sanggup menjawab ketika dia berkata, “Ndre, aku kangen … ” Semenit ruang hampa tercipta, kami diam dalam isak kami masing-masing. Dadaku berdesir dengan hebatnya ketika aku harus menjawab “Aku ya kangen, Pah!” Setelahnya keadaan sudah terkendali, aku menanyainya banyak hal! Kuakhiri dengan janjiku, “Nanti pas aku balik ke Solo, aku mau ketemu ya”

Biar bagaimanapun, tak ada yang namanya mantan ayah. Ayah dan ibu adalah entitas tunggal dan biar bagaimanapun aku telah terikat oleh mereka. Ketika dimensi ruang dan waktu tak bisa mempertemukanku secara langsung, usaha terbaikku adalah mendoakannya.

Selamat hari Ayah! Aku berharap nanti aku bisa menjadi ayah yang baik untuk anak-anakku.

 

12 Comments Father’s Day: “Ndre, aku kangen …”

  1. Kimjaebi

    Daun yang pernah jatuh tidak pernah menyalahkan angin yang bertiup, dan seorang lelaki sejati mampu untuk mengenal batin dirinya dan orang sekeliling nya! Saya bersyukur membaca artikel ini bro saya punya keluarga dan saya bersyukur sekali kita bertumbuh bersama! Sukses!

    Reply
  2. Slamsr

    Aku bersyukur berasal dari keluarga yang lengkap, ada bapak dan ibu walaupun kebersamaan dengan mereka hanya sampai umur 18.

    Kesan yang ada sekarang ini misalkan orang tua berpisah, sudah dicap broken home. Lalu dijadikan alasan atau pengecualian bila ada hal buruk di masa depan akibat dari broken home.

    Reply
  3. Kezia

    Kita senasib ndre, tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah. Mengaburkanku ttg fungsi seorang ayah yg sebenarnya. Membuatku buat stempel khusus buat para cowok, terlebih ketika harus ditinggalkan. Stempel itu bertambah kuat.
    Dicaci maki?? Dikucilkan?? Dianggap sampah bahkan oleh keluargaku sendiri?? Kujawab IYA. Apalagi paling ga suka nama Papiku dibawa2. N suatu ketika aku teriak “Hey….my fam is fine. I have a father.” Walaupun kenyataannya hanya sebuah nama di akte ku. Walaupun usiaku brp saja smp beliau bertanya. Tp..bersyukur aku punya seorang mami yg berperan luar biasa dalam hidup.
    Walaupun akhirnya papi kembali, dalam kondisi yg tak pernah kubayangkan. Yah..start from 0. Tp luar biasa ndre… ga cm kasih ibu yg sepanjang masa, kasih ayah jg iya. Dan sekarang pun tak kusia2kan waktu untuk spending time with my fam.
    Berusaha sekuat tenaga utk menyediakan apa yg diperlukan my father. Dan air mata ini selalu meleleh ketika menceritakan segalanya. Now, i know…bagaiamana harus mencari seorang ayah yg tepat utk anak2q kelak.
    Keep spirit ndre.. Bukan jamannya lagi anak dari keluarga yg timpang spt qt dianggap sebelah mata.
    Qt tunjukkan bahwa pandangan mereka keliru.
    Tq buat kisahnya ndre….
    Always loving your father forever. He’s loving you always..
    GBU

    Reply
  4. titaz

    wah sama dong kita. beruntunglah kalo masih bisa berkontak dengan ayah, ndreee 🙂
    yang penting kita harus tetap semangat dan menghargai hal-hal indah dalam hidup yee kaaaan *haseeek

    Reply
  5. Soeliant

    Bangga bila anak Indonesia seperti spirit artikel Andreanisme diatas.
    Saat muda juga punya spirit untuk jadi suami dan ayah yang baik, tapi kenyataan 2x tetap gagal (pertama 13tahun, kedua 16tahun – rumah tangga kandas).
    Artikel kehidupan selalu berujung pada kondisi ke tidak dan ke beruntung an.
    Buang pesimis, ayo bangkit lagi.
    Semoga masih ada manfaat jelang kelak datang waktu untuk kembali.

    Reply

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *