Bedeng Tenabang

Sebelum Commuterline yang kutumpangi masuk ke stasiun Tanah Abang biasanya kereta akan berhenti sejenak untuk menunggu antrian masuk stasiun. Melihat ke luar jendela, rumah papan, rumah bongkar pasang beratap terpal berjajar. Lengkap dengan aktivitas pagi penghuninya. Ada yang menikmati kopi, bercengkrama dan wanita paruh baya yang sedang menyortir kardus bekas entah untuk dijual ke pengepul atau untuk ‘material’ rumah mereka.

Bedeng jalur kereta api Tanah Abang

Sejenak kereta berhenti, sejenak pula kupanjatkan puji syukur bahwa aku pernah merasakan hidup seperti apa yang kulihat di luar jendela Commuterline. Meski tak separah hidup di pinggiran jalur kereta api namun aku pernah hidup di gang sempit nan lembap di belakang gedung kantor yang megah nan ‘magrong-magrong’ kalau orang Jawa menyebutnya.

Lebih kurang 6 bulang kuhabiskan di kawasan Kuningan Barat. Tiap paginya aku melewati pasar yang becek dan harus melipir di atas jembatan yang kalinya tak lagi bisa menampung debet air. Kotor, pengap, sempit dan bau!

Di bulan pertama, aku hanya menggantungkan hidup dengan 300 ribu rupiah. Kutarik lebih erat ikat pinggang dengan hanya makan sekali dengan bubur kacang hijau seharga 3000 rupiah per mangkok. Banyak caraku untuk bertahan hidup, namun tak akan kuceritakan semua di sini.

Setidaknya hari ini aku sudah tidak lagi hidup dalam kesesakan atau merasa tidak tenang karena entah mungkin esok atau lusa ada serombongan petugas Satpol PP yang datang membawa serta pentungan dan alat berat untuk meluluhlantakkan hunian sementara mereka. Aku bersyukur semalam dapat tidur nyenyak dengan kasur empuk, tidak beralas tikar atau kardus, mandi pagi yang jarak kamar mandinya hanya 5 langkah dari kamar, serta terbangun bukan karena bunyi kereta api yang lalu lalang.

Berpindah kerja, melewati jalur baru dan melihat hal-hal baru membuat mataku makin terbelalak dengan kondisi yang tak mewah. Namun, manusia akan dapat bertahan dan akan hidup dengan caranya masing-masing.

Mungkin ini cara sang Esa untuk membuatku tetap “menapak tanah”.

Selamat pagi, bro dan sis. Situ pagi hari ini udah ngopi belum? 😀

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *